[Series] The Sorceress of Gretchen Land – Chapter 2

0 Comments
Arin-Yessy
[Chapter 2] The Sorceress from Land of Gretchen by Huangdrey/T/ Romance, AU, Adventure, Angst, Sad/Series/Amethyst Gretchen and William Cromwell, others find by yourself
Disclaimer: Inspired by J.K Rowling’s story Harry Potter. All the casts, and plot is mine. Please do not copy without my approval.
.
.
.
Aku hampir kesiangan kalau saja Russel-si peri rumah tidak membangunkanku, meski ia jadi meminta maaf berkali kali dan aku begitu kewalahan untuk mengatakan tidak-apa-apa dan membuatnya berhenti bersikap begitu padaku. Aku sudah berpakaian lengkap ketika Russel sudah menghilang dari kamarku, dengan teman-temanku. Aku turun ke ruang rekreasi dengan memikul tas ransel kelabu kesayanganku dan saat itu Chryseis menatapku tanpa melepas pandangannya. Ia kelihatan bosan. Aku sudah tahu kalau ia menungguiku bersiap-siap maka aku hanya menyengir ringan. Kami berjalan beriringan keluar dari menara Ravenclaw dan menuju aula utama untuk mengisi perut pertama kali pada hari ini. Kami masih begini-begini saja,duduk berempat lalu meladeni ocehan-ocehan Nico. Ed jadi agak pendiam hari ini, ia cuman ikut ketawa saja, itupun ketawa yang dibuat-buat kurasa. Ed juga jadi orang pertama yang meninggalkan kami berempat meskipun ia akan sekelas dengan Nico hari ini dengan pelajaran pemeliharaan satwa gaibnya.
Kami semua menatap keheranan padanya dan hanya mengendikan bahu saja pada akhirnya. ‘Mungkin sedang tidak dalam suasana yang baik’ Nico berbicara begitu pada kami saat mulutnya dipenuhi bubur labu. Ia segera menyusul Ed dan kami berdua berjalan ke kelas Herbologi, ke rumah kaca tempat adanya Professor Sprout. Aku dan Chryseis sama-sama menyukai herbologi jadi kami berjalan dengan langkah besar supaya bisa cepat-cepat sampai ke rumah kaca. Kami sudah sampai dan suasana sudah mulai ramai. Professor Sprout belum kelihatan, Karena sebenarnya kelasnya masih akan dimulai beberapa menit lagi. Kami menunggu sambil ikut menimbrung dengan cowok-cowok Gryffindor seperti Josh dan Tom. Mereka juga kelihatan sama bersemangatnya dengan kami. Josh dan Tom bukan golongan anak-anak cakep pada umumnya, tidak sedikit pula cewek yang mau dekat dengan mereka berdua. Kurasa mereka mempunyai aura tersendiri.
Kelas tiba-tiba saja sedikit lebih sepi daripada tadi, tandanya Professor Sprout sudah datang. Professor Sprout mengawali pengajarannya dengan basa-basi yang lumayan panjang seperti biasa. Katanya kami percuma kalau bawa buku ke pelajaran Herbologi, kalau bisa ditinggal saja di dalam kamar asrama supaya tidak berat soalnya Herbologi tidak butuh buku, Cuma butuh sarung tangan naga kok.
Hari ini materinya mengenai tanaman herbal—lagi. Aku mengangkat satu tanganku ketika Professor Sprout mengajukan pertanyaan mengenai materinya.
“Bubotuber adalah tanaman tebal dan hitam seperti siput yang bisa menggeliat sesuai kemauannya sendiri. Permukaannya ditutup tonjolan mengkilap yang kalau diperas bisa menghasilkannanah tebal berwarna hijau kekuningan untuk menyembukan jerawat. Tetapi jika tidak dicairkan bisa menimbulkan bisul berwarna kuning”
Aku menjelaskan sambil mengangkat yakin daguku dan Professor Sprout tersenyum lalu menambahi 10 poin untuk Ravenclaw. Professor Sprout menjelaskan materi pendukungnya, aku memperhatikannya dengan baik sampai ia tiba-tiba berhenti sebentar, dan kelas mendadak hening sekitar tiga atau lima detik. Professor Sprout lalu melanjutkan dengan berteriak sedikit—meminta kami semua untuk mencoba memeras nanah bubotuber pada benjolannya. Ia menyiapkan kejutan lain ternyata. Kami semua berteriak jijik dan minta disudahi. Chryseis juga mengeluh begitu. Aku mencoba menahan rasa jijikku pada yang sedang kuperas menskipun sudah menggunakan sarung tangan kulit naga yang begitu-begitu tebal. Aku mengumpulkan 3 botol ketika pelajaran disudahi dan botolnya diambil alih oleh Professor Sprout sendiri. Ingin ia berikan ke Madam Pomfrey atau setidaknya pada Professor Slughorn katanya begitu.
Siangnya, seperti biasa kami berempat berkumpul di aula utama. Ed masih menjadi seorang yang pendiam tetapi tidak separah tadi pagi saat sebelum kelas dimulai. Nico dan Chryseis melemparkan leluconnya walau ada saja yang tidak lucu-lucu sekali. Aku mengunyah gigitan terakhir daging rusaku sambil mencari-cari daging yang tertinggal di tulangnya. Dan ketika itu juga mimbar berburung hantu terbuka lalu Proffesor McGonagall memulai pidato nya yang panjang tapi tidak lebih membosankan dari ceramahan murid Gryffindor sok pintar si Weasly-Rose. Ketenarannya akan putri dari dua pahlawan yang membunuh Voldemort jadi banyak orang yang mencoba berkenalan dengannya. Meskipun dia hanya terlihat akrab dengan Si Albus. Scorpius juga terkadang menghampiri mereka atau sebaliknya.
Aku berhenti dengan ketidak sukaanku ketika Professor McGonagall berbicara sesuatu yang harusnya dibanggakan oleh Hogwarts sendiri. Teman-temanku semuanya bertepuk tangan dan singkat saja aula utama menjadi begitu berisik dengan riuh tepuk tangan. Dahiku mengerut heran dan akhirnya ikut tepuk tangan seadanya. Sesuatu baru saja menjelaskanku alasan mereka semua seperti ini.
Kami sedang kedatangan tamu spesial.
Mereka semua memasuki aula besar, berjalan dengan senyum lebar sampai-sampai Hermione sudah tertawa lepas. Draco tidak tersenyum selebar Hermione maupun Theodore, tapi tak ayal senyumnya yang simpul itu sudah membuat perempuan-perempuan (terutama Gryffindor dan Slytherin) menjadi berteriak histeris sendiri. Alvioe sendiri sudah berusaha menggapai-gapai mereka semua yang sebenarnya begitu memalukan. Sekitar 20 orang sudah tiba di depan aula sekarang. Professor McGonagall memberikan sambutan singkat dan acara reuni akan dimulai selesai makan siang. Mereka akan bermalam di Hogwarts sampai liburan natal nanti.
“Kami semua akan bermalam dan menikmati suasana Hogwarts yang telah dibangun kembali sampai Malam natal tiba. Kalian tidak perlu khawatir dengan kehadiran kami dan hanya perlu bertingkah seperti biasa. Dan tentunya ada kejutan yang sudah kami siapkan jauh-jauh hari. “
Hermione mengucapkan pidatonya sambil melirik Ron dan Harry yang tengah berada di sisi kanan dan kiri nya, lalu aku hanya mendengarkan sampai situ meskipun harus kuakui aku begitu antusias dengan keadaan mereka semua disini. Mereka tidak berkata dimana kamar mereka, mungkin supaya tidak diuber-uber oleh kami semua yang pastinya aku tidak akan melakukan hal seperti itu.
Hermione menyudahi pidatonya dan kami semua kembali ribut dengan tepuk tangan. Kupikir mereka akan meninggalkan aula setelah ini, namun yang terjadi mereka mengajak ngobrol kami yang masih berada di meja panjang. Kami berempat saling lihat-lihatan dan Chryseis segera berucap katanya ia ingin diajak berbicara oleh Zabini atau Malfoy juga boleh. Aku memutar bola mataku lalu menggelengkan kepalaku pelan. Well, siapa yang tidak ingin disapa mereka berdua? Lovegood sepertinya yang menyapa kami mengingat Ravenclaw merupakan asramanya yang dulu. Aku sudah menampakkan sikap anehku pada Chryseis dan kami sama-sama berharap supaya Malfoy saja yang menyapa kami berdua.
Dan Bingo! Malfoy menghampiri meja kami, tatapannya seperti mengarah pada kami berempat. Aku tidak berani menatap matanya langsung, maka aku cuma melihat jubahnya saja lalu kembali mengerutkan keningku. Kurasa aku sama gugupnya dengan menghadiri jumpa fans dadakkan.
“Hei nona-nona. Coba kutebak kalian kelas empat” Si Malfoy senior nyengir jahat dengan tangan kanannya yang memanjang untuk menjabat kami berdua. Chryseis kelihatan malu-malu untuk sekedar menyentuh tangannya saja, pipinya sedikit merona mengingan Chryseis sebenarnya cewek dengan kepribadian tertutup terhadap orang-orang luar, tentu saja ia akan berubah setelah dikenal lama seperti kami bertiga misalnya. Malfoy tersenyum lagi dan kurasa dia yang menyudahi jabat tangannya lalu gantian ingin menjabat tanganku. Aku berusaha saja terlihat cuek, suatu yang memalukan kalau Amethyst bersikap menjijikan seperti kawanan cewek ganjen yang ingin berlama-lama dijabat bahkan ada yang sampai mencium tangan cowok itu. Juga tentu saja aku tidak bermaksud menyindir temanku sendiri yang begitu jarang terlihat begitu didepan orang lain. Aku tersenyum singkat dan menatap netra kelabu itu. Boleh saja aku gugup tetapi tolong kendalikan dirimu sendiri Am, jangan sampai kelihatan gugup didepannya. Ugh, aku seperti orang bodoh saja.
“ Ya, kami kelas empat. Suatu kebanggaan tersendiri bisa bertemu denganmu Tuan Malfoy si Pahlawan” Ujarku sembari memutar netraku, yah sudah pasti supaya tidak kelihatan gugup di depannya. Lagi pula apa lagi yang harus kulakukan untuk menutupi rasa gugupku kecuali berpura-pura menjadi Slytherin sesaat kali ini. Kami sudah melepas jabatan tangan dan aku menoleh sebentar pada Chryseis yang ternyata juga sedang melihat kearahku. Kami bertukar pandang beberapa detik saja dan kembali pada Malfoy yang kembali mengajukkan respon.
“Santai saja, kau kelihatan judes Nona Gretchen. Bersikap biasa sajalah seperti temanmu satu ini, umm—siapa tadi namanya? Oh ya, Nona Dupont yang cantik.”
“Rayuan klasik Tuan Malfoy, tapi jangan khawatir kau tidak akan menerima malu Tuan—aku menyukainya kok” Chryseis kelihatan seperti cewek anggun yang mempertahankan tinggi harga dirinya, yah meskipun cukup merendah dengan menjadi dirinya sendiri sih. Terbukti diakhir kalimat kok. Tapi tak apalah, asal dia senang dan aku hanya senyum simpul seperti ini. Aku menegak habis limunku yang sudah tertinggal seperempat piala, lalu melihat suasana aula yang semakin ribut saja, sudah dipastikan harus bersuara dengan kencang jika ingin mengobrol.
“Yah, senang berkenalan dengan kalian berdua. Aku beritahu saja, kami menyiapkan kejutan yang lebih banyak lagi. Siapkan dirimu nona-nona” Malfoy mengakhiri perkenalan singkat dengan anak kelas empat seperti kami dengan sok menawan. Ia rela membungkukkan badannya demi reputasinya, dan mungkincowok-yang-sudah-lumayan-tua-tetapi-tetap-menawan itu berharap kami penasaran dan mencari tahu lebih banyak lagi mengingat kami adalah Ravenclaw yang begitu mendasari sikap-sikap tersebut.
Aku dan Chryseis kembali berpandangan dan menaikkan bahu kami berbarengan. “Sepertinya Malfoy semakin hari semakin tampan saja. Bagaimana menurutmu Am?” Seis kembali menaikkan satu alisnya sambil memotong-motong kecil pudingnya yang lalu dimasukkan ke mulut juga. Aku terdiam sebentar dan kemudian menjawabnya dengan jujur.
“Tentu saja ia tampan. Kau lupa, Malfoy menghasilkan generasi yang cakep-cakep semua Seis” Ujarku kemudian, dan kami langsung tergelak bersama-sama. Chryseis bahkan hampir menumpakan pudingnya di mulut, lumayan jorok tapi lucu.
“Hati-hati kalau tertawa dengan makanan dimulutmu, Seis. Jangan sampai ada cowok tampan yang melihat”
“Kau betulan mengejekku ya, tadi itu karenamu yang melucu.” Kami tergelak kembali dengan memegang perut masing-masing. Perutku sampai sakit dengan tawaan yang tak kunjung mereda. Aku menumpukkan wajahku diatas meja panjang dan berusaha untuk menghentikan tawaku yang malah tambah menjadi. Oh perutku rasanya sakit sekali. Hingga aku menaikkan wajahku dan terkejut melihat wajah Chryseis yang justru mengeluarkan air matanya dengan wajahnya yang memerah. Ia terlihat seperti burung hantu kalau begitu. Aku hampir saja tertawa lagi ketika aku berusaha menahannya dan untung saja kalau tidak perutku bisa sakit lagi.
“Sebenarnya lucunya dimana, Am?” Chryseis berkata padaku dengan suara terputus-putus, belum stabil karena habis menangis mengeluarkan beberapa aliran air matanya.
“Aku juga tidak tau, sayang. Kita benar-benar gila” Aku merayu nya yang tentu saja hanya candaan semata. Chryseis mengerutkan keningnya dan kemudian tertawa kencang, tapi hanya sebentar saja tidak terpingkal-pingkal seperti yang barusan.
“Sudah,aku takut kalau kita benar-benar menjadi orang tidak beres disini. Ayo kita ke ruang rekreasi1 saja, sayangku”
“Dengan senang hati” Dan saat itu pula Chryseis menawarkan lengannya yang tidak berotot padaku, aku menyambutnya dan melangkah berbarengan dengan Chryseis. Untung saja tidak banyak orang yang melihat kami, tetapi tetap saja kami seperti orang gila. Mana ada cewek dengan cewek bergandengan seperti ini sih. Kurasa kami berdua juga tidak keberatan kalau seisi aula ini memandang kami dengan tatapan aneh. Toh intinya kami hanya berbagi kebahagian dan yah, pamer hubungan persahabatan yang awet pada mereka semua boleh juga.
Jam makan siang sudah seharusnya sebentar lagi habis. Tadi jamnya ditambahi sekitar tiga puluh sampai empat puluh—entah. Yang jelas aku dan Chryseis masih di ruang rekreasi ditemani si pesolek dan si tukang pamer—Jamie dan Ella. Kami tidak mempermasalahkan mereka, toh ruang rekreasi buat siapa saja kan? Aku dan Chryseis masih tidak sempat mengerjakan tugas yang sudah lumayan menumpuk belakangan ini. Kami malah ketawa tidak jelas lalu saling menumbukkan lelucon.
“Kau jadi suka ketawa belakangan ini Am, jangan menutupi mulutmu. Ketawamu masih tetap anggun kok” Chryseis mulai lagi, ia ketawa semakin jadi sedangkan aku nyengir lebar. Untungnya perutku sudah tidak sakit dari tadi perjalanan ke menara Ravenclaw jadi segalanya sudah oke
“Kau memang Chryseis bodoh, ayo kita ke kelas malaikat” Chryseis terdiam sebentar lalu akhirnya tertawa terpingkal-pingkal lagi—kami berdua. Maksudku kelas Pertahanan terhadap ilmu hitam yang mirip dunia bawah di Padang Hukuman2.
Aku dan Chryseis terpaksa berjalan dengan kecepatan tetap menuju ruang bawah tanah kastil. Suasana lembab sudah biasa dan pencahayaan yang lumayan remang-remang mengikuti kami dengan arah jejak kaki kami. Aku dan Chryseis sudah bisa mengatur napas kami masing-masing. Kami berdua memasuki kelasnya dan menemukan tiga seragam dengan warna yang berbeda, logo yang berbeda, dan tentu saja asrama yang berbeda. Rupanya kami semua asrama digabung. Belum begitu banyak yang berdatangan, yang mungkin saja waktu makan siang belum usai. Aku dan Chryseis menuju bangku tengah deretan ke tiga dari depan dan duduk berdampingan. Aku mengambil napas sebentar lalu melepaskan rangkulan tas kelabunya—dijejalkan kedalam laci dibawah meja yang sudah bersih dari coretan sihir.
Aku, Chryseis dan yang lain menunggu sebentar sampai kelas kelihatan sudah penuh tapi tidak sesak. Dan yang sekarang kami tunggu adalah Professor Carrow. Biasanya dia selalu masuk sebelum jam pelajaran lalu mengalaki mereka yang datang pas-pasan dengan tatapan mata. Sampai akhirnya yang masuk ternyata bukan si Carrow, malahan—coba tebak? Malfoy yang masuk. Ugh, Professor Malfoy si tampan. Chryseis langsung mengenggam erat pergelangan tanganku, ia kelihatan gugup. Kelas sudah tidak seribut tadi sebelum ada guru, malahan lebih histeris. Lalu jadi diam saat Malfoy membentuk isyarat.
“Jadi..” Si pirang mengambil aba-aba atau apalah aku tidak tahu yang ia maksud. Ia belum menuliskan apapun di papan. Ia juga belum sempat menukar setelannya kurasa, ia tidak mengenakan setelan seperti Professor Professor Hogwarts yang lainnya. Tetap pakai yang hitam lalu formal.
“Jadi?” Salah seorang dari kami menjawab sapaan kecilnya, mungkin Tom mengingat kalau ia tidak begitu suka mata pelajarannya. Mata pelajaran yang katanya terkutuk lalu setiap tahun akan diganti gurunya. Kalau tidak mati, ya berati kecelakaan, atau opsi lain paling logis, mengundurkan diri buat berjaga jaga.
“Ya, jadi kalian sudah tau namaku dan keluargaku. Aku tidak mau menggunakan perkenalan biasa yang sering dilakukan pengajar kalian yang baru pengalaman pertama kali. Aku bakal coba yang berbeda, sedikit saja. Jadi, aku belum tua tetapi sudah memiliki anak yang bolelah kubanggakan. Coba, sini Scorpius, Dad mau memperkenalkanmu.”
Rupanya Malfoy malah memperkenalkan anaknya yang terbanggakan. Padahal, daritadi aku sudah penasaran apa yang ia lakukan bakal lebih hebat, ternyata awalnya hanya segini? Scorp yang seangkatan dengan kami, maju dengan tampang arogan biasanya—tambah, dagunya yang selalu naik. Ia kelihatan bersemangat dengan menempel pada nama keluarganya yang terhormat sederajat dengan keluarga Nott juga. Scorp berjalan begitu cepat, lalu ayahnya menepuk pundaknya ketika ia sudah di samping Malfoy. Tingginya juga tidak beda jauh (Selain rambut pirang emasnya tentu).
“Ini anakku Scorpius. Scorp nama panggilan kesayanganku padanya. Kudengar kalian juga memanggilnya Scorp disini. Oh mengecewakan bukan Scorp?” Malfoy ber-oh lalu melirik sedikit pada Scorp—Maksudku Scorpius yang kelihatan gugup. Lagipula namanya Scorpius kan? Kalau tidak dipanggil Scorp, ya apalagi.
Malfoy senior melanjutkan ceramah mengenai Malfoy Junior. Dagunya yang tadi terangkat sekarang sudah tertunduk lesu gara-gara ternyata ayahnya membeberkan rahasia masa kecil Scorpius yang membuat beberapa murid tertawa takut-takut. Slytherin are fear public humiliation more than anything. Salah satu sifat Slytherin yang sudah dihafal diluar kepala dan tiba-tiba hal itu terjadi begitu saja pada Malfoy Junior.
“Dan, Si Cromwell itu adalah keponakan tiriku. Halo William” Perkenalannya sudah usai. Malfoy Junior sudah kembali ke tempat duduknya di deretan tengah, bersama dengan Zabini. Kami akan mulai masuk ke materinya sebelum Malfoy senior mengatakan sesuatu yang membuat kami semua berubah gugup. Semua mata langsung memandang kea rah Cromwell, tak terkecuali aku sendiri.
Ia tidak membalas tatapan semua orang tapi malah memandang tajam ke Malfoy dan sedikit menyeringai,kurasa.
“Halo juga Paman Malfoy. Lama tidak berjumpa” Dan kali ini ia malah menaikkan tangan kanannya keatas, tanpa lambaian dengan seringai yang semakin melebar. Aku membalikkan posisiku menjadi menghadap ke depan lagi. Mataku berkedip-kedip menyesuaikan keadaan diriku, lalu memfokuskan segalanya lagi.
“Cukup perkenalannya. Buka buku kalian halaman 297 dan kita mulai pelajarannya.” Malfoy memerintahkan kami dan segera saja kami membuka halaman yang ternyata isinya tentang makhluk kegelapan—yang sebenarnya sudah pernah kami pelajari sedikit.
“Jadi, tolong sebutkan satu saja makhluk kegelapan dan definisinya serinci mungkin” Malfoy memulai kalimat pertamanya sambil tetap diam ditempat dengan tongkat sihir digenggaman yang dirapatkan pada setelan hitamnya. Aku mengacungkan jariku dan melihat ke sekeliling. Aku yang pertama—seperti biasa.
“Ya,Miss?”
“Gretchen” sambungku cepat
“Dementor. Adalah sejenis makhluk yang berkerudung, tanpa mata, setinggi penyihir dewasa, yang seringkali terlihat hanya tangannya yang mengerikan. Dementor sering ditandai dengan udara yang mendingin lalu berubah menjadi beku. Tugas mereka yang sebenarnya untuk menjaga penjara Azkaban. Makanya tawanan Azkaban mayoritasnya gila lalu bunuh diri atau mati kelaparan. Mereka menghisap kenangan bahagia seseorang, jadi yang tertinggal hanya kesedihan. Biasanya disebut kecupan dementor sehingga lama kelamaan jasad itu kosong seperti tempurung atau lebih buruk daripada mati. Korbannya tetap hidup, tetapi pikiran dan orientasi hidupnya sudah tidak ada. Contohnya Barty Crouch Junior yang terkenal. Biasanya pertahanan yang dipakai untuk melawan Dementor hanya Mantra Patronus3 yaitu Expexto Patronum, yang kabarnya hanya bisa dilakukan oleh penyihir yang kuat. Makhluk kegelapan yang lain seperti Red Caps yang tidak punya siklus seperti pada umumnya. Mereka menyerang demi menyakiti orang, tidak hanya untuk makan. Ada juga seperti Banshee, Bogart, Grindylow, dan lainnya.”
Aku menyeringai puas setelah menyelesaikan definisi makhluk kegelapanku yang begitu berkesan, dan membuatku punya alasan untuk mengangkat dagu tinggi-tinggi.
“Bagus, Miss Gretchen. 20 poin untuk Ravenclaw, lalu aku sudah seperti professor wanita kalian” Malfoy mengacungkan santai tongkatnya kearahku, yang tentu saja tidak terjadi apapun. Kami melanjutkan pelajaran dengan lelucon garing si Malfoy yang membuat kami semua—kurasa tertawa terpaksa. Malfoy menjelaskan dengan cepat tapi semuanya bisa mengikuti—kurasa lagi. Yah, untuk permulaan sih cukup lah. Tidak ada pengurangan poin dari asrama manapun, karena kami tertib sekali saat belajar bersamanya—Malfoy bilang sendiri begitu sebelum ia mengakhiri kelas dan memberikan pekerjaan tambahan atau pr.
“Pr nya buat dua lembar perkamen dari ringkasan dari pelajaran yang barusan, nilai tambah untuk satwa kegelapan lainnya. Terimakasih dan selamat belajar lagi anak-anak”
Malfoy keluar kelas paling pertama, lalu kelas menjadi bising lagi. Belum selesai pekerjaan yang kemarin, ditambah pekerjaan menyusahkan ini. Bagaimana pun mengeluh juga dilarang kan, jadi bisa apa kami. Aku dan Chryseis berjalan keluar dari kelas dan menuju ke menara Ravenclaw. Kami sudah bosan untuk membahas pelajaran dan berencana bolos dari kelas selanjutnya—tentu saja tidak. Aku dan Seis masih sekelas untuk rune kuno yang masih sekitar dua puluh menit lagi mulai.
Kami sudah hampir sampai ke menara Ravenclaw ketika para prefek berteriak untuk segera berkumpul ke Aula Besar. Kami jadi turun kembali ke lantai dasar tempat Aula Besar—dengan perjuangan ekstra soalnya banyak sekali yang turun secara bersamaan. Kami berdua berjalan cepat dan memasuki Aula Besar bersama, mencari-cari tempat duduk Nico dan Ed yang ternyata ada di depan, dekat sekali dengan panggung tempat para Professor.
“Kau harus berterima kasih pada kami berdua, tadi ada murid kelas 5 yang ingin duduk ditempat yang sedang kau duduki, kalau mau tahu.” Ed bersuara duluan, aku mengamati mukanya yang sudah tak sedingin saat sarapan pagi tadi. Mungkin dia hanya kelelahan jadi malas bicara—entah aku mengendikkan bahuku.
“Yayayaya kami berdua berterima kasih pada kalian berdua dengan penuh hormat” Chryseis memutar bola matanya malas, lalu menumpukan mukanya pada satu tangan dengan siku menempel di meja panjang. Aku tersenyum lalu menunggu kira-kira yang ingin para cowok sampaikan.
“Dasar tidak tahu terima kasih” Ed menyahut lagi dan mengubah pandangannya ke panggung Professor yang sudah kubilang sangat dekat tadi.
“Omong-omong makanannya mana sih? Bukannya kita disini untuk mendapat makanan tambahan lalu jam istirahat lagi yang super banyak?” Nico bertanya pada kami lalu menumbukkan pialanya yang masih kosong pada meja panjang. Aku melihat ke sekeliling dan sudah lumayan banyak yang hadir. Mungkin sebentar lagi pengumumannya bakal disampaikan.
“Yang kau tahu cuma makan, pantas saja tidak ada yang berminat dengan Nico” Aku bersuara lalu tersenyum lebar menanggapi raut muka Nico yang jadi tidak sesantai tadi. Kami tertawa tanpa Nico yang terus menerus menunjukkan raut sebalnya.
“Aku sudah punya yang lain, kalau kalian mau tahu. Dan dia kakak kelas seperti pengharapan kalian waktu itu kan?” Kami bertiga mengangguk serempak, awalnya itu cuma tantangan dengan persoalan yang kami tahu kalau Nico itu lumayan pemalu tapi suka melawak. Waktu itu ia pernah mengincar adik kelas Gryffindor, kalau tidak salah namanya Lily—Adik dari Albus. Kubilang ‘Nico bakal jadi hebat kalau bisa dengan Lily’
“Lalu rencanamu berikutnya apa?” Ed menyeringai di samping Nico yang sudah kelewat gugup itu. Nico menyilangkan tangannya di depan meja lalu membuat isyarat supaya kami lebih mendekat kearahnya.
“Aku sudah bertemu dengannya beberapa kali, mengobrol juga sudah beberapa kali—empat mata ya. Sudah sekitar dua minggu, kalian baru tahu sekarang kan?” Nico memundurkan kepalanya, dan kami bertiga otomatis ikut-ikutan memundurkan kepala dan kembali ke posisi semula. Nico berdeham sekali lalu disusul seringai piciknya
“Jadi, jawaban dari pertanyaan Ed apa Nico? Kami tidak peduli sudah berapa lama kau ber-pdkt dengan si kakak kelas entah beranta.”Chryseis menatap Nico tajam lama sekali, sampai Nico akhirnya berdeham—lagi.
“Masa kalian belum juga tanggap sih?” Nico menaikkan sebelah alisnya, kami bertiga mengendikkan bahu tinggi-tinggi supaya bisa dilihat jelas oleh si pelawak-lumayan-tampan-dan-menyenangkan kalau kami memang belum mengerti dengan maksudnya.
“Oh, Kenapa hari ini orang-orang mendadak tolol semua” Nico mengerang meletakkan tangan kanannya dirambut hitam yang sudah ia tata rapi lalu bergeleng sesaat.
“Maksudku, genap sebulan aku akan menyatakan perasaan. Kalian itu tolol atau pura-pura tolol kawan?” Kami saling berlihatan, kenapa dari tadi aku tidak berpikir begitu? Aturannya kan memang sebulan. Kurang dari sebulan, nilai tambah dan lewat dari sebulan berarti detensi. Tentu saja yang kami bikin sendiri, seperti tidak boleh pakai sepatu selama 3 hari—pasti dia bakal kerepotan buat mencuci kakinya sepuluh kali sehari.
“Kau yang tolol, bodoh” Ed melirik Nico
“Kau memang tolol” Chryseis menyambung
“Ya, dasar tolol” Ujarku menyambung lagi
“Kalian semua tuh kenapa, tolol?” Nico tidak mau kalah, dan sebelum permainan melempar kata tolol tidak berakhir, mimbar burung hantu sudah terbuka dann Professor McGonagall ada dibelakangnya. Lalu Professor menusukkan tongkat sihirnya ke leher dan seketika saja Aula besar jadi diam karena pengeras suara berbunyi ‘silence’ sudah diucapkan barusan.
“Terima kasih perhatiannya anakku. Kalian bingung dengan tujuan kami mengumpulkan kalian semua di Aula Besar kembali setelah jam makan siang tadi dan satu pelajaran dilewati. Empat istirahat dalam sehari, menyenangkan ya? Hanya beberapa kalimat, dan kalian akan disuguhkan sesuatu yang lezat. Pelajaran selanjutnya akan dibatalkan karena ada rapat guru, maka setelah jam istirahat yang kali ini kalian akan dibebaskan untuk melakukan apa saja yang kalian suka. Dan untuk para prefek4 serta ketua murid putri dan putraakan ada rapat yang temanya sudah diberitahukan kepada kedua ketua murid. Akhir kata,itu saja. Selamat menikmati suguhan dan waktunya”
Professor McGonagall mengakhiri pidatonya dan mimbar burung hatu kembali tertutup seperti semula. Aula Besar juga semakin berisik oleh tepuk tangan dan teriakkan ‘asik’ atau ‘yey’ dari semua murid. Kami berempat juga. Jarang sekali Hogwarts memberikan libur hampir setengah hari dengan alasan klasik rapat.Makanan sudah penuh di meja panjang yang tadi diletakkan oleh peri rumah. Makanannya banyak sekali sampai piringku hanya muat separuhnya di meja panjang, lalu kupaksa masuk supaya makanan di atas piringnya tidak berjatuhan. Ada ayam pengemis, telur aduk, kentang tumbuk, treacle tart6 untuk penutupnya, lalu daging sapi dan domba ditambahi guiness stew7 hidangan terfavorit yang biasanya cuma disajikan di Leaky Cauldron8.
Kami sampai tidak bisa berkata-kata lagi dan langsung melahap semuanya. Piala kosong punya Nico tadi juga sudah terisi setengah dengan jus labu kuning dengan gula tujuh puluh persen. Chryseis menolak dituangkan jus labu kuning dengan gula tujuh puluh persen, malahan ia minta yang nol persen. Kami sudah tidak membahas persoalan Nico dan kakak kelasnya tadi. Nico kelihatan menikmati dan tak ada satu pun dari kami yang berbicara panjang. Kami masih menyomot daging sapi dan domba tanpa tulangnya. Lalu menikmati treacle tart potongan kecil untuk perempuan, dan potongan sedang untuk laki-laki.
Untuk kali ini aku yakin, beratku sudah tambah setidaknya satu atau setengah pound. Kami sampai kekenyangan dan harus duduk sebentar untuk berjalan. Aku memegang perut Chryseis dan Chryseis balas memegang perutku. Kami berdua sama-sama tertawa sampai terkikik begitu tau perut kami yang membuncit. Nico dan Ed tidak menggubris, mereka masih duduk untuk persiapan berjalan ke menara Ravenclaw yang lumayan jauh.
Kami akhirnya berdiri dan merasakan sensasi berjalan dengan perut buncit akibat kekenyangan. Kami berjalan cepat karena sudah tidak kuat dan ingin ambruk diranjang secepatnya. Sepertinya makan malam nanti aku tidak ikut. Dan kami pun kembali berjalan setengah berlari lalu aku menubruk seseorang. Sayangnya, di waktu yang tidak tepat. Aku mengadah barusan ingin membentak, tapi nyatanya orang tersebut sudah berjalan mendahuluiku. Ia menyelipkan potongan perkamen yang sudah dilipat kecil-kecil di tangan kiriku. Aku menengok kebelakang, dan lagi-lagi orang yang menubrukku sudah selangkah lebih cepat. Kami berempat kembali berjalan kembali, aku berani bertaruh kalau mereka bertiga tidak tahu kalau kejadian barusan bukan tubrukan biasa. Mengingat lorong yang kami lewati juga lumayan ramai.
Kami sudah sampai di menara Ravenclaw, tepat ketika kakak kelas kami berhasil menjawab teka-teki burung elang. Jadi, kami tidak perlu repot-repot menghabiskan waktu untuk teka-teki masuk asrama. Kami berempat memanjat masuk lalu tiba di ruang rekreasi serba biru, warna kesukaanku. Kamar cewek dibawah dan kamar cowok diatas. Aku dan Chryseis langsung masuk ke kamar yang kami tempati seperti biasa, seperti dugaan kami langsung ambruk. Cuma ada Tara di dalam kamar yang sedang menyisir rambut coklat selengannya, yang kelihatannya baru sampai juga.
“Makanannya membuatku sesak napas. Aku makan kebanyakkan tadi. Sepertinya aku akan melewati makan malam saja. Tapi rasanya sayang juga kalau tidak makan menu enak Hogwarts. Bagaimana dengan kalian?”
Tara masih menyisir, tapi onixnya mengarah pada kami berdua lewat kaca riasnya. Ia juga tersenyum simpul tanpa menunjukkan giginya.
“Kami juga kekenyangan. Dan kurasa kami juga akan melewatkan makan malam nanti. Rasanya aku tidak sanggup lagi” Chryseis menjelaskan dengan suara pelan lalu mulai mendengkur di atas ranjangnya sendiri.
“Aku masih juga masih tidak yakin denganmu Tara, tapi kurasa kita harus istirahat dulu sebentar. Makan malam masih panjang” Aku melihat Tara menyudahi kegiatan menyisirnya lalu mengikuti jejak kami berdua untuk tidur siang sebentar. Rasanya tidur begitu mudah dilakukan saat ini. Aku memejamkan kelopak mataku dan mulai terlelap. Aku tidak melupakan ramuan tidur tanpa mimpiku yang biasa selalu kuminum jika ada saat dimana tidurku bakalan terganggu dan aku tidak mau terganggu. Seperti saat ini contohnya. Tapi, biarlah toh aku juga sudah malas dan tidak punya minat untuk mengambil botol kecil di laci nakas sebelahku.
Aku terlelap dengan nyenyak sekali, tanpa mimpi pastinya. Aku membuka mataku dan mendapatkan kalau cuma aku yang baru bangun. Aku jadi teringat dengan perkamen yang tadi diselipkan ke tanganku. Masih ada dikantung seragamku ternyata (aku menyelipkannya terlebih dahulu supaya tidak ada yang tahu) Aku membuka perkamennya , seseorang tengah menungguku.
To Be Continue..
Catatan istilah
1 Ruang rekreasi: Kayak ruang keluarga/ berkumpul di setiap asrama
Padang hukuman: Tempat di dunia bawah buat orang yang kejahatannya lebih banyak daripada kebaikkannya
3 Mantra patronus: Expecto Patronum. Dapat bekerja seperti perisai, dengan mengusir Dementor. Harus memikirkan memori. Bukan sembarang memori, tetapi memori yang sangat bahagia dan kuat
4 prefek: Semacem osis kalau di dunia muggle. Tiap asrama ada 6 prefek. Masing-masing 2 dari angkatan kelas 5,6,7
5 ketua murid dan putra: jabatan buat angkatan kelas 7, istilahnya wakil-ketua osis gitu
6 treacle tart: makanan penutup yang terdapat kerak kue dan olesan sirup berwarna emas.
7 daging sapi dan domba ditambahi guiness stew: Ini makanan yang biasa disajiin di Leaky Cauldron yang merupakan makanan olahan dari daging sapid an domba, Guiness itu rebusan dalam sebuah mangkuk berisi roti
8 Leaky Cauldron: Artinya tuh Kuali Bocor. Adalah nama sebuah bar dan penginapan, yang juga berfungsi sebagai gerbang masuk yang menghubungkan komunitas Muggle dan komunitas penyihir. Tersembunyi dari pandangan Muggle. Jalan masuk pas mau ke Diagon Alley


You may also like

Tidak ada komentar: