[Chapter 1 and CASTS INTRODUCE] The Sorceress from Land of Gretchen by Huangdrey/T/ Romance, AU, Adventure, Angst, Sad/Series/
Disclaimer: Inspired by J.K Rowling’s story Harry Potter. All the casts, and plot is mine. Please do not copy without my approval.
[Mandy Steele as Visualisation]
Amethyst Odalys Jade Gretchen
4th grade
Pure-blood
Ravenclaw
Kutu buku, Selalu mendapat peringkat kedua setelah William, Emosional, Loyal, Sering tidak mempercayai dirinya sendiri
[Kim Jongin as Visualisation]
William Colton Cromwell
4th grade
Pure-Blood
Slytherin
Captain and Kipper of Slytherin’s Quidditch Team
Pongah, Ambisius, Selalu mendapat peringkat satu, Tidak sabaran
[Acacia Brinley as Visualisation]
Chryseis Lydia Dupont
4th grade
Pure-Blood
Ravenclaw
Chaser of Ravenclaw’s Quidditch Team
Menyenangkan dan Humoris, Tidak pintar-pintar amat, Selalu ingin tampil menarik, Terus terang
[Cameron Dallas as Visualisation]
Edward Nio Giraudeau
4th grade
Pure-Blood
Ravenclaw
Beater of Ravenclaw’s Quidditch Team
Selalu mementingkan penampilannya, pribadi hangat tetapi sering dikira dingin, tertutup
[Park Chanyeol as Visualisation]
Nico di Angelo
4th grade
Pure-Blood
Ravenclaw
Keeper of Ravenclaw’s Quidditch Team
Pelawak, Berkepribadian terbuka dan tenang, Mudah tersenyum
[Pimtha as Visualisation]
Ariadna Berdine Cathenna Brown
3th grade
Pure Blood and Half Veela
Gryffindor
Angkuh, Ambisius, Keras Kepala, Selalu ingin berguna bagi orang lain
Another cast and biographi will be added at the other chapter.
TEASER
Hogwarts dimasa setelah kejayaan Harry melawan kau-tahu-siapa yang dulu namanya tidak boleh disebut. Tetapi era dan masa sudah berubah, Voldemort dan penyihir-penyihir berani membicarakannya bahkan dengan suara yang lantang sekalipun. Status darah sudah tidak diberlakukan sekarang. Semua dianggap sederajat seiring pembangunan Hogwarts yang kini sudah pulih. Yah, meskipun bangunan itu jadi tidak semuanya dibangun lebih dari seribu tahun yang lalu.
Membawakan masa datang yang kini sudah didepan mata. Hogwarts Express sudah berhenti sempurna, lalu Hagrid (Dia masih betah dan tetap di Hogwarts) meneriakkan, memerintah anak kelas satu mengikutinya. Kami menaiki kereta yang ditarik oleh Thestral-Makhluk mirip kuda yang kelihatan kalau kita sudah menyaksikan kematian saja.
Semua penyihir sudah berkumpul di aula utama. Professor Flitwick yang kali ini mengambil jatah Proffesor Mcgonagall tahun lalu untuk mulai membuka perkamen pada kedua tangannya. Dan Topi seleksi yang di tangan kanannya mulai menyanyi
Oh, mungkin menurutmu aku jelek
Tapi jangan menilaiku dari penampilanku
Berani taruhan takkan bisa kautemukan
Topi yang lebih pandai dariku
Jubahmu boleh hitam kelam
Topimu licin dan tinggi
Aku mengungguli semua itu
Jadi pakailah aku dan kau akan kuberitahu
Asrama mana yang cocok untukmu
Mungkin kau sesuai untuk Gryffindor
Tempat berkumpul mereka yang berhati berani dan jujur
Keberanian, keuletan dan kepahlawanan mereka
Membuat nama Gryffindor mashyur
Mungkin juga Hufflepuff-lah tempatmu
Bersama mereka yang adil dan setia
Penghuni Hufflepuff sabar dan loyal
Kerja keras bukan beban bagi mereka
Aku siapa tahu di Ravenclaw
Kalau kau cerdas dan mau belajar
Tempat para bijak juga cendekia
Ajang berkumpul yang pintar
Atau bisa juga di Slytherin
Kau menemukan teman sehati
Orang-orang licikini menggunakan segala cara
Untuk mendapatkan kepuasan pribadi
Jadi,segeralah pakai aku
Janganlah takut dan ragu
Karena aku Topi Seleksi-mu
Nyanyiannya diiringi tepuk tangan riuh dari seisi aula. Proffesor Flitwick jadi memindahkan perkamennya yang sudah dilepas dari gulungannya di tangan kiri lalu mulai memanggilkan berbagai macam anak kelas satu dan menumpukkan topi seleksi diatas kepala-kepala mereka. Begitu terus sampai akhir. Anak terakhir kelas satu-Jessica Lavoile terseleksi Hufflepuff dan tepuk tangan meja kuning itu menutup penyeleksian.
Penyambutan Kepala Sekolah kali ini membuatku sedikit risih dan bersedih sebentar ketika tiba-tiba saja mengingat peristiwa yang diceritakan padaku saat Dumbledore wafat. Aku tahu dari orang-orang yang sering membicarakan sekaligus mengenangnya. Dubledore begitu dikasihi. Tapi, toh sudahlah. Sekarang semuanya sudah baik-baik saja. Dan akhirnya Proffesor Mcgonagall yang ternyata menjadi Kepala Sekolah tahun ini memulai pidatonya, berdiri dibelakang mimbar berburung hantu yang sayapnya langsung terbuka.
Aku tidak mendengarkan begitu jelas apa yang ia sampaikan, tahu-tahu ruangan dipenuhi tepuk-tangan lagi. Makan malam sudah siap terhidang diatas meja panjang. Lilin-lilin juga sudah memenuhi tempat diudara, jadi penuh dengan sinar ke-oranye-an. Ada ayam panggang, sayur rebus, bebek pecking, lalu makanan penutupnya pudding. Jus labu juga sudah disediakan. Aku sedang duduk disamping temanku-Chryseis. Didepanku ada Edward Giraudeau dan Nico di Angelo. Nico makan sangat lahap tapi mulutnya ngoceh terus. Meskipun bisa membuat kami terbahak-bahak juga.
Makan malam berlangsung begitu meriah dan aku yang berakhir kekenyangan tengah berjalan berdua dengan Chryseis menuju ruangan rekreasi Ravenclaw yang terletak di menara Ravenclaw. Kami sudah sampai di depannya ketika si burung elang bertanya dan Chryseis menjawab. Aku melihat deretan tulisan kelas satu sampai tiga dan berhenti pada kelas 4 yang di dalam ruangannya masih sama seperti waktu itu. Aku sekamar lagi dengan Chryseis, Joanna dan Tara-Sepertinya sih begitu.
Kami tidak berbicara apa-apa lagi dan langsung menutup kelambu perunggu lalu terlelap diatas kasur empuk Hogwarts. Omong-omong kasurnya menjadi lebih empuk dari pada tahun-tahun sebelumnya. Aku benar-benar tertidur dan tidak tahu apa-apa lagi yang terjadi dan tidak sempat untuk bermimpi sedetikpun ketika pagi sudah hadir dan aku harus sudah siap untuk sarapan.
Kelas pertamaku akan dibagikan saat sarapan di aula utama. Menu hari ini adalah panekuk dengan madu, roti panggang dan jus labu kuning tanpa atau dengan gula. Aku mengambil posisi duduk persis seperti kemarin dan mulai bercanda-canda sambil Professor Flitwick membagikan jadwal pelajaran untuk kami. Aku mendapat kelas ramuan untuk jam pertama, maka aku dan Nico pergi berbarengan menuju arah lantai bawah kastil. Ruangan sudah lumayan terisi ketika aku dan Nico tiba di kelas Ramuan dan beberapa menit kemudian Professor Slughorn datang dengan senyumannya yang menggembang dan menggunakan jubah coklat khas dirinya sendiri.
Ia memulai percakapan dengan basa-basinya terlebih dahulu ketika ia mulai masuk ke inti yang ternyata kami akan dijarkan membuat veritaserum. Ramuan yang membuat peminumnya berkata jujur, sangat sulit untuk mengelak karena ramuan ini sangat kuat. Ia juga berkata materi semacam ini akan dikeluarkan saat NEWT. Bahan yang dibutuhkan cuma sesendok mata kumbang hitam, jahe diiris tipis, sari spohorous, bulu Jobberknoll, lovage.
Kupikir mungkin kami semua bisa memasak sendiri seperti yang peri rumah lakukan pada biasanya. Membuat ramuan dan memasak makanan kurasa bukan suatu hal yang sangat beda. Aku mulai merebus jahenya dan menambahkan bulu Jobberknoll dan cara mengaduknya takkan berpengaruh apa-apa pada ramuan. Aku melihat dengan ujung mata, Proffesor Slughorn sedang melihat-lihat ramuan yang baru saja kami proses. Lalu aku segera menambahkan sari Sopophorous, kemudian warnanya menjadi oranye terang. Aku sempat membaca lagi buku panduannya takut aku melakukan kesalahan dan ramuannya menjadi gagal.
Sesuai instruksi bukunya, kubiarkan sejenak dan setelah itu kutambahkan mata kumbang hitam dan diaduk lagi hingga veritaserum yang akan kubuat menjadi kental dan berwarna biru, semakin menggelap. Tanganku sudah terangkat separuh untuk menceburkan lovage kedalam tungku ketika Proffesor Slughorn berada disampingku dan mengerutkan dahinya mengenai ramuan yang kubuat. Namun setelah itu ia hanya menatapku asal dan mengendikan bahunya, kemudian kembali menuju ramuan teman-teman.
Dan kali ini aku benar-benar merasa ada yang salah padanya. Atau mungkin padaku. Lalu melanjutkan gerakan tanganku sehingga lovage nya tercebur sempurna dan aku tersentak mundur ketika ramuanku menjadi kuning terang setelah kuaduk pelan dan hati-hati. Kubesarkan apinya dan menambahkan sedikit lagi air sehingga ramuannya berubah menjadi cukup encer. Bukunya mengharuskanku untuk diaduk perlahan dan menunggunya sampai mendidih. Ramuanku sudah selesai seharusnya, ketika aku ingin menyaringnya dan seseorang menubruk tubuhku jadi ramuannya tumpah.
Mataku melotot dan segera aku berbalik kebelakang untuk melihat anak ceroboh yang berhasil memecahkan konsentrasiku. Segera saja aku memaki anak itu.
“Kau sengaja kan, lihat apa yang kau lakukan dengan ramuan milikku!”
“Astaga aku harus berbuat apa?”
Semuanya adalah celotehan milikku. Aku berujar dengan tampang marah dan melas yang sesungguhnya tidak dibuat-buat. Professor Slughorn mendengar keributan dan segera saja ia menghampiri kami, seakan tahu masalahnya Slughorn menggunakan mantra pembersih dan meja percobaanku menjadi kembali normal. Ia tersenyum dan mengatakan suatu hal pada kami yang kurasa hanya ditunjukkan oleh cowok itu.
Aku kembali melotot kepadanya, kali ini bukan karena apa-apa. Tapi karena aku yang baru menyadari bahwa Ravenclaw sekelas dengan Slytherin. Bagaimana bisa Amethyst yang meneliti segalanya hingga ke detail-detailnya tidak menyadari bahwa dirinya sekelas dengan Slytherin sekarang? Bukan masalah sekelas atau tidaknya dengan asrama lain, toh dirinya bukan di Gryffindor yang benar-benar bermasalah dengan asrama ular itu.
Namun ada sesuatu yang harus disembunyikannya dari banyak orang. Dan kebetulan orang yang menabrakku tadi adalah si Paddock yang jelas-jelas anak yang sering menjahiliku dari kelas satu. Jadi aku sangat puas saat kedapati dirinya menerima perkataan Slughorn dengan senyum yang singkat tapi menusuk. Aku mengerutkan keningku lalu melanjutkan untuk menyaring ramuanku yang sebentar lagi selesai. Kutuang veritaserum yang kubuat dalam botol ramuan (untuk berjaga-jaga kalau ada sesuatu yang mendesak yang ingin ku ketahui)
Aku melihat sekelilingku dan untuk yang keduakalinya hari ini Slughorn sudah disampingku dan menguji ramuan buatanku. Ia terlihat puas dan kemudian menepuk bahuku cukup keras. Lalu berkata dan memuji
“ Bagus sekali Ms.Gretchen, milikmu sempurna. Dan sebagai gantinya maka sebotol Wit-Sharpening ini menjadi milikmu”
Lagi-lagi aku tidak menyadari akan ada imbalannya seperti ini. Entah pikiranku kenapa tadi. Aku tersenyum melihat mereka semua dan sebotol Wit-Sharpening ada di genggamanku sekarang. Wit-Sharpening atau Ramuan penajam otak. Membuat peminumnya mampu berpikir lebih jernih sehingga dapat menyerap segala informasi yang diterimanya dengan lebih baik dan cepat, alias cepat masuk otak. Tapi bukan berarti setelah meminum ramuan ini kita akan menjadi jenius dalam sekejap. Begitu menurut buku yang sempat kubaca yang sudah kulupakan kapan aku membacanya.
Aku berjalan mengeluari ruang kelas ramuan sambil menyampirkan tas ranselku dan berjalan beriringan dengan Nico. Ia terus memujiku tanpa henti yang membuatku sedikit risih tapi terharu sebenarnya. Aku hanya berkata seperti ‘ah biasa saja’ atau ‘sudah kukatakan aku memang jenius’. Kami terus berjalan dan akhirnya berpisah di pertigaan. Nico akan menghadiri kelas mantranya yang ada di lantai tiga. Sedangkan aku, pelajaran selanjutnya sejarah sihir. Aku menghela nafas pelan dan mulai meneruskan jalan kemudian menaiki undakan-undakan tangga.
Aku sampai di ruangan sejarah sihir dengan mata sedikit mengantuk. Selama pelajaran aku tidak begitu memperhatikan dan tidak begitu aktif seperti yang kebanyakan kulakukan saat pelajaran lainnya. Professor Binns berbicara hanya seperti angin lalu terdengar di telingaku. Dan ketika jam pelajarannya sudah selesai, aku keluar pertama kali bahkan mendahului Professor Binns sendiri, yang kuyakini pasti akan penuh tanda tanya dan tatapan tajam dari murid-murid yang lain.
Aku menuju aula utama dan mencari Chryseis yang ternyata sedang melambai-lambai kearahku. Aku tersenyum memperlihatkan gigiku dan segera menuju ketempat mereka. Kami masih berempat dan Edward memulai percakapannya.
“Tebak apa yang kudengar! Si Cromwell barusan menembak cewek!”
Aku memutar otakku sebentar, ada lumayan banyak saudara-saudara Cromwell yang bentuknya bagus sampai yang ancur sekalipun.
“Cromwell yang mana?”
“ Tentu saja si tengah-tengah yang selalu merebut juara pertama darimu, Am”
Chryseis yang menjawab kali ini. Aku terdiam sebentar sambil berpikir. Ia tahu betul temannya yang satu ini (Ed) tidak pernah mengungkit-ungkit gosip kalau tidak benar-benar diluar akal. Yah, seperti si Lavoie murid kelas satu yang diseleksi terakhir masuk Hufflepuff itu membuat onar dengan membakar isi lemari penyimpanan sapu. Alasan klasik katanya sedang belajar mantra Lacarnum Inflamarae pemuncul api itu. Sudah pasti tidak akan dibicarakan olehnya, ia akan tampak acuh tak acuh.
“Apa yang membuatmu membicarakannya? Lebih tepatnya dimana letak masalahnya?”
“Cewek yang ditembaknya”
Ed menjawab cepat, raut mukanya berubah yang entah tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Yang pasti alisnya naik satu dan dahinya mengkerut. Bola matanya bergerak-gerak memandangi kami bertiga yang masih terlihat kebingungan membutuhkan penjelasan. Nico menyerocos kali ini.
“ Yah memangnya siapa? Kalau ngomong jangan sepotong-sepotong dong Ed, Kau kebiasaan senang sekali membuat kami penasaran”
Nico berkata dengan wajahnya yang memerah karena penasaran dan yang kutebak sih ia lumutan menunggu Ed berbicara kelanjutannya lagi.
“Kalian akan terkejut.”
“Siapa??”
Kami menyemburkan satu kata itu berbarengan dengan keras. Alhasil ada saja berapa pasang mata yang melirik kami berempat dengan heran. Dan aku tidak suka dipandangi seperti itu, aku mencoba untuk menghiraukan mereka lalu memandangi wajah Ed lagi.
“Ariadna Brown pacarnya”
Well, BAM! Sesuai kata-kata Ed tadi, kami benar-benar terkejut. Khususnya aku yang jantungnya terasa ingin copot. Kami semua berpandang-pandangan. Cewek Brown yang terkenal arogan dan blak-blakan itu menerima Cromwell. Biasanya Brown akan menolak mentah-mentah lalu cowok itu akan menerima malu yang macam-macam. Seperti tiba-tiba menari tidak jelas di aula utama atau tertimpuk makanan. Macam-macam. Tapi Brown memang cantik sih, jelas-jelas darah Veela mengalir dalam tubuhnya.
Aku menghembuskan napas kasar ketika memutuskan untuk beristirahat di kamar, masih ada satu mata pelajaran terakhirnya Astronomi oleh Professor yang namanya begitu disukai oleh Am. Professor Aurora Sinistra. Aku memejamkan mataku lagi dan meminta tolong pada Joanna untuk membangunkanku tiga puluh menit sebelum pelajarannya mulai. Kami akan sekelas untuk pelajaran Astronomi hari ini.
Aku berusaha untuk tidak memikirkan apapun dan kembali ke tujuan awal untuk mengistirahatkan segalanya, rasanya hari ini merupakan hari yang panjang. Seperti istilah sehari layaknya setahun. Namun aku tidak bisa dan entah mengapa selalu terpikir orang itu. Ada rasa tak rela dan tak terima untuknya yang sudah bukan bagian dari hidupnya lagi. Ada rasa ingin untuk memilikinya kembali.
Aku merindukannya dengan segenap jiwa ragaku yang pernah kuberikan untukmu waktu itu. Aku benar-benar menginginkan segalanya kembali seperti dulu. Tidak ketika kau sudah bersama orang lain, dan tidak juga ketika kau mulai marah dan membenciku. Aku selalu merasa bahwa aku yang paling mengenal dirimu dari seluruh orang di bumi ini (kecuali ayah dan ibumu pastinya). Aku yang terlalu yakin mengenai hal itu dan selalu membuatmu merasa nyaman ketika bersama denganku malah membuatmu pergi dengan lebih cepat daripada yang kuduga.
Selama ini aku berpikir bahwa kau lah yang tidak mengerti perasaanku dan kaulah yang selalu jahat padaku. Tetapi aku salah, aku yang selalu membuatmu terganggu dan membuatmu bukan menjadi dirimu sebenarnya. Melainkan aku yang mengekangmu untuk menjadi seorang pacar idaman yang selalu tampak sempurna dalam buku-buku romansa yang sering kubaca di perpusatakaan kalau aku lagi bosan.
Aku masih ingat saat kita ke Hogsmeade, berjalan berdua dan berakhir di Kedai Teh Madam Poodyfoot. Yang ternyata disanalah kita berciuman. Ciuman pertamaku direngut dengan penuh persetujuan olehku. Kita mengizinkan diri masing-masing untuk menikmati, mengecap, dan menyadari. Kita menikmati semua momen dan tidak menyia-nyiakan waktu yang tidak silih-berganti, melainkan terus berganti. Aku menyadari bahwa itu ciuman yang pertama dan terakhir kau berikan padaku. Aku juga masih mengingatnya kau yang tampak canggung, atau justru aku yang terlihat kikuk saat bersama pacarku sendiri yang tampan dan baik hati.
Aku mengingat semua kenangan kita, lalu apakah kau juga mengingatnya? Aku tak bisa meyakini diriku sendiri mengenai hal itu. Tapi aku begitu berharap bahwa kau bisa kembali padaku lagi. Kau masih memilikiku. Perasaanku dan segala halnya ada padamu. Aku mengatakan ini dalam hati dan tak kusangka air mataku mengalir begitu saja, membasahi bantal biru yang ku tumpuki dengan kepalaku.
Dan setelah itu kurasa aku benar-benar tidur dengan atau tidak nyenyak aku tidak tahu. Seseorang menarik kelambu milikku dan membangunkanku, aku mengerjapkan mataku dan segera duduk dengan menutup muka. Kubuka sebentar telapak tanganku dan kulihat Joanna sedang menyengir lucu padaku. Aku membalas dengan senyuman khas bangun tidur siang atau sore padanya.
“30 menit sebelum pelajaran Astronomi, sesuai pesanmu Am”
Akhirnya Joanna membuka mulutnya dan ia mengatakan aku harus siap-siap. Aku memberikannya senyuman dengan ‘terima kasih’ padanya. Segera saja aku bangkit lalu mandi dan mempersiapkan buku-buku. Aku sudah tahu kalau Professor Sinnistra akan mengajak kami belajar di ruangan terbuka malam-malam begini. Seperti biasa sebagian besar dari kami tidak keberatan, tapi ada saja yang mengeluh rambutnya bisa rusak, rentan terkena flu dan segala macam tetek bengek lainnya. Kami sudah berkumpul di tempat untuk belajar. Kali ini asramanya dicampur. Dan disampingku ada Joanna yang rambut pirang pucatnya diikat satu setinggi-tingginya hingga rambutnya yang sepanjang perut menjadi sepanjang bahu saja.
Joanna begitu cantik, ia pribadi yang menyenangkan ditambah sifat kalemnya membuat siapa saja nyaman. Tapi terkadang dia bisa seketika tidak waras dan menjadi lebih seru untuk teman gila-gilaan (aku tidak mengerti apa yang kuucapkan). Joanna juga sangat baik dan pengertian, ia pernah membantuku menemukan sepasang sepatu yang ternyata disembunyikan oleh Gisselle. Cewek yang selalu tidak senang dengan kehadiranku yang ternyata berada di kamar mandi yang ada Moaning Mrtyle nya. Aku sangat berterima kasih padanya kala itu. Jadi, begitu tahu ia ternyata sekamar denganku, aku sangat senang. Ia juga pernah cerita padaku, katanya lagi naksir dengan kakak kelas Hufflepuff. Aku teringat mukanya yang memerah karena menahan malu.
Professor Sinnistra sudah datang rupanya. Kami membahas Merkurius kali ini, katanya untuk persiapan OWL di tahun kelima supaya kami tidak keteteran dan setidaknya sudah tahu sedikit. Pelajarannya tidak begitu membosankan malah terkesan asik dan santai. Kami kebanyakan ribut termasuk aku yang ribut dan tertawa berdua dengan Joanna. Professor Sinnistra tidak menegur siapapun tetapi pada akhirnya ia juga akan menunjuk murid dan disuruh untuk menyimpulkan pelajaran kali ini. Kami semua sudah bisa menebaknya, jadi sudah ada yang berjaga-jaga menulis sesuatu di perkamennya. Aku juga menulis seadanya dan sesingkatnya di perkamenku. Supaya kalau ditanya yang penting aku memiliki jawaban untuk dilontarkan.
Aku masih begitu senang dan harus kuakui ini pelajaran terenak hari ini yang jadwalnya kebanyakan pelajaran membosankan seperti yang tadi pagi dan sebelumnya. Namun, aku melihat suatu kejanggalan yang membuatku mengedipkan mataku berulang kali. Aku mengalihkan pandanganku tetapi aku malah tambah penasaran dan semakin ingin melihatnya. Aku tidak berani bertanya pada siapapun, bahkan dengan Joanna yang sekarang sudah agak fokus dengan pekerjaannya. Aku kembali memastikan dan mataku membelalak seketika.
Orang yang kupikirkan saat aku tidur tadi ada disini. Ia ada disini dengan bandul emas yang diberikan oleh orang tuanya. Aku tersenyum dan hendak menyapanya, setidaknya kami sudah jarang berhubungan dan komunikasi lagi semenjak kejadian itu. Aku menjalan mendekatinya dengan tangan yang masih memegang pena bulu juga catatan perkamen Astronomiku. Jantungku benar-benar berlaju cepat, namun aku berjalan lambat dan akhirnya menambah kecepatanku. Tetapi, saat aku hendak tiba disana seketika ada cewek lain yang mendekat padanya. Terduduk diatas rerumputan disebelah orang itu. Ia merapat padanya lalu mereka saling bertatapan.
Tanganku bergetar, aku segera berbalik badan, tahu apa yang akan terjadi berikutnya dan langsung berlari kearah Joanna. Mata dan seluruh tubuhku menjadi panas. Aku berusaha untuk tidak meneteskan sedikit saja air mataku. Bisa-bisa airmatanya tidak mau berhenti mengalir. Dan aku akan dicemooh orang aneh yang menangis sendiri. Aku sudah sampai di tempat Joanna dan Joanna memandangku dengan tatapankatakan-apa-yang-barusan-kau-lihat. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang beda denganku saat ini. Tapi ia melanjutkan pekerjaannya, mungkin tidak mau ikut campur dengan masalahku sendiri.
Namun tiba-tiba Professor Sinnistra berteriak memaki, dua dari kami berdua sama-sama terlonjak kaget dan melihat kearah Professor Sinnistra berada. Ia tampak begitu murka dengan jari telunjuknya yang ia hentak-hentakkan ke seorang siswa. Aku tidak pernah melihat Sinnistra bersikap seperti ini, yang tandanya ia sedang marah besar. Aku memalingkan tatapanku dan menghembuskan napasku yang pelan tetapi berat. Dan kini, gantian aku yang melihat siapa yang menjadi korban amukan Professor Astronomi ini.
Aku sedikit terkejut sebenarnya, aku mengerutkan keningku lalu berusaha mengubah tatapan penasaranku menjadi tatapan dingin datar yang menusuk atau kosong, aku tidak tahu. Tadi aku salah omong. Bukan seorang siswa, tapi sepasang siswa. Sepasang siswa yang berhasil membuat hatinya remuk barusan. Dan aku, Ametysth mencoba untuk menyumpahi mereka karena telah menerima akibat sebenarnya. Siapa suruh berciuman saat pelajaran. Dan Ametysth berhasil melakukannya, sedikit-banyak ia berhasil.
Kali ini kelas benar-benar dibubarkan. Kami semua disuruh memasuki aula utama untuk makan malam. Aku sangat bersemangat ketika akan menemui mereka bertiga lagi yang siap ditumpahi ocehan-ocehan dariku yang mungkin menjadi ocehan yang paling panjang yang harus mereka ladeni. Terutama Chrysies yang sekamar denganku. Aku tertawa jahil dalam hati dan segera duduk. Kali ini aku duduk disebelah Edward. Aku akan jujur sekarang. Dulu aku sempat menyukai Ed karena pribadinya yang begitu hangat dan menarik. Chrysies tahu akan hal ini dan aku menyuruhnya untuk jangan membicarakan ke siapapun.
Waktu itu aku begitu gugup jika diposisi seperti sekarang ini. Ed yang duduk disampingku terasa begitu dekat dengan diriku. Akibatnya aku sering salah tingkah yang hanya disadari oleh Chrys. Ia sangat senang untuk menggodaku, bahkan di depan Ed sekalipun! Yang membuatku harus mati-matian bersikap normal agar tidak dicurigai. Aku tidak tahu kalau Ed menyadarinya atau tidak saat itu. Jadi aku yang lelah menunggu Ed untuk membalas perasaanku, memutuskan untuk tidak lagi naksir pada sahabat sendiri. Walaupun kadang-kadang ada yang berhasil dan bertahan hingga bertahun-tahun lamanya sih.
Dan akhirnya perasaanku kepada Ed kembali seperti biasa sebelum aku naksir padanya. Dia sudah kuanggap kakak laki-laki berbeda ayah dan ibuku sendiri. Begitu juga dengan Nico yang meskipun sedikit menyebalkan tapi menyenangkan dan berisik. Jadi, seharusnya dan saat ini aku sudah tidak gugup lagi duduk bersampingan dengan Ed. Kami malah beradu argumen yang akhir-akhirnya diakhiri dengan tawa kami berempat.
Dan disaat inilah aku menyadari sesuatu. Bahwa pertemanan jauh lebih terasa nyata dan hangat didalam hatimu. Mereka bertiga benar-benar membangkitkan semangatku dan mereka selalu ada kapanpun kau butuh. Bukan berarti kau mendekati saat kau butuh dan menjauhi saat kau tidak butuh. Mereka selalu ada kapanpun dan mereka semua nyata. Ada rasa bahagia saat kami bersama-sama seperti saat ini. Hingga aula utama sudah sepi, tinggal segelintir orang saja yang baru datang atau belum menyelesaikan santapannya masih tetap, kami memasuki ruang rekreasi bersama-sama dan berpisah. Karena memang seperti tradisinya, laki-laki tidak bisa memasuki kamar perempuan. Dan malam ini aku berjanji akan tertidur dengan tenang, bukan seperti tidur sore ku yang tak perlu ku ingat
.
.
.
To Be Continue..